Rabu, 09 Maret 2011

:: Dzikir Nabi Yunus AS mensirnakan Kesulitan :: by- nisa saihat

لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Laa Ilaaha Illa Anta  Subhanaka Inni Kuntu Minadz Dzalimiin 

“Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk dalam golongan orang-orang yang dhalim…!”
(QS. Al-Anbiya’/ 21: 87)

Nabiyullah Yunus AS adalah Nabi yang diutus Allah untuk menegakan Risalah di negeri Ninawa di Mosul (Iraq). Bertahun tahun beliau berdakwah dengan berbagai cara dan upaya, tetapi kebanyakan bangsa Mosul ini malah membantah dan mempermainkan Yunus AS. Hingga pada suatu saat beliau terhinggapi penyakit patah semangat, jengkel melihat kejahiliyyahan bangsanya.

Yunus As kemudian pergi meninggalkan bangsanya dalam keadaan MARAH. Qur’an merekamnya dengan redaksi : “Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah” (QS 21/87).

Ini adalah kesalahan yang dilakukan oleh Yunus AS. Pergi meninggalkan bangsanya sendiri dalam keadaan Jahiliyyah. Padahal mendakwahi mereka itu adalah tugas suci beliau. Meninggalkan bangsanya bagi Yunus, berarti meninggalkan wilayah dan objek tugasnya, singkatnya mangkir dari tugas.

Sekilas Yunus mengira bahwa itu adalah wajar, karena ia telah diskiti dan didzalimi bangsanya karena tugas suci yang dipikulnya.

Kemudian ia pergi meninggalkan bangsanya menuju pulau lain dengan menaiki kapal laut. Ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan. (Q.S. 37/ 140)

Tetapi Allah Ar-Rahman menegur tindakan Yunus As tersebut dengan memberi kesulitan / musibah. “lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), (QS 21/87).

Kadang kadang musibah/ kesulitan  itu adalah TEGURAN, jika mengenai hamba Allah yang shaleh, harapanya dengan teguran itu ia mau sadar akan kesalahannya dan kembali bertaubat kepada Allah SWT . Firman Allah SWT : “Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang shaleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS 7/168)

Bahkan dengan kesalahan yang diperbuatnya, jika ia mau bertaubat, bukanlah keburukan baginya tetapi kebaikan dan keberuntungan baginya, firman Allah: Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (QS. An-Nur  31)

Ibnu athailah berkata: MAKSIAT (DOSA) YANG MENIMBULKAN RASA RENDAH DIRI dan RASA MEMBUTUHKAN RAHMAT ALLAH,,,, LEBIH BAIK DARIPADA PERBUATAN TAAT YANG MEMBANGKITKAN RASA SOMBONG , DAN RASA BANGGA DIRI [kutipan Al-Hikam]

Kesulitan apa yang diderita Yunus AS, sebagai teguran kasih sayang Allah kepadanya?. Jawabanya adalah dimakan Ikan besar; “Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. “ (QS 37/142). Dan tinggal dalam perut ikan dalam keadaan gelap dan sesak, seperti gelapnya kaum Yunus yang ditinggalkan oleh Yunus AS.

Segeralah Yunus AS introspeksi diri, bahwa ini adalah TEGURAN dari Allah SWT karena kejengkelannya kepada bangsanya yang menolak dAKWAH TAUHID menyebabkan ia kehilangan KESABARAN. Maka Yunus AS  berdzikir dengan redaksi kalimat Dzikir: Laa ilaaha illa anta subhaanaka inni kuntu minadh dhaalimiin

Firman Allah SWT: “maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (QS 21/87).

Dzikir inilah yang menjadi washilah,  Allah mensirnakan kesulitan Yunus AS, dalam gelapnya perut ikan besar sekaligus menyelamatkan nyawa YUNUS AS terancam mati dalam kehinaan.

Firman Allah SWT: “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” (QS 37/143-144)

Yunus AS dimuntahkan dari perut ikan di pantai tandus. Firman Allah : “Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit.” (QS 37/145)

Keluarlah Nabi YUNUS AS dari segala kesulitannya selama ini, dan setelah pulih dari sakitnya, ia  kembali menunaikan tugas sucinya BERDAKWAh. Ini adalah bentuk Taubatnya YUNUS AS.

Oo
Dzikir Nabiyullah Yunus AS ini  adalah dzikir yang memiliki faedah untuk mensirnakan kesulitan kesulitan besar dalam hidup, sehingga do’a orang yang berdzikir dengan dzikir Nabiyullah Yunus termasuk do’a yang mustajab

Hal ini pernah disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
دَعْوَةُ ذِى النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِى بَطْنِ الْحُوتِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِى شَىْءٍ
قَطُّ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ

Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya.”

(HR. Tirmidzi no. 3505. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).


Nisa Saihat

10 Maret 2011,
Bandung  Marhamah

semoga bermanfaat
READ MORE - :: Dzikir Nabi Yunus AS mensirnakan Kesulitan :: by- nisa saihat

Selasa, 08 Maret 2011

:: Memohon kekuatan DZIKIR, Syukur dan IBADAH :: by: Nisa Saihat

اللهم أعني على ذكرك وشكرك، وحسن عبادتك
“Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika’"

Artinya: " Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu"

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz, “Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu. Maka janganlah kamu lupa untuk membaca doa di setiap akhir shalat: ‘Allahumma a’innii ‘ala dzikrika wa syukrika, wa husni ‘ibaadatik.’ (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu).” (HR. An Nasa’i [1303]  dan Ahmad [21614]  Sahih Sunan Abu Dawud. )

Ooo
Sesungguhnya Allah SWT telah mengkaruniai kita dengan berbagai nikmat yang dengannya kita dapat hidup (hayah) dan mendapat hidaYAH .  Dan seandainya kita sudi menghitung-hitungya, pasti tidak akan terhitung . Firman Allah: “Jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak dapat menghitung jumlahnya.” (QS.An-Nahl :18 dan QS.Ibrahim : 34)

Diatas hamparan karunia nikmat Allah itu, maka selayaknya kita berterimakasih kepada Sang Pemberi Nikmat.  Walaupun ungkapan rasa terimakasih kita kepadaNya, dengan gaya dan daya apapun,  sebenarnya tidak akan sanggup membalas nikmat yang diberikan.  Berkata Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah berkata Nabiyullah Daud ‘Alaihis Salam: “Wahai Rabbku, kalau seandainya setiap rambutku ini mempunyai dua lidah dan bertasbih kepadaMu sepanjang malam, siang dan masa, maka tidaklah memenuhi hak satu kenikmatan.” (‘Iddatu Ash-Shabirin Libnil Qayyim hal 206, Asy-Syukur Libnu Abi Dunya hal 25, Asy-Syu’ab Lilbaihaqi dishahihkan Syaikh Salim I’ed Al-Hilali wafaqahullah)

Allah SWT juga berfirman: Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan’" [ Yunus : 58]

Ungkapan terimakasih itulah yang disebut dengan istilah SYUKUR. Firman Allah Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS Ibrahim ayat 7). Dengan bersyukur,  Allah jamin dengan tambahan nikmat dariNya.

Ibnul Qayyim menjelaskan: “Syukur itu bisa dilakukan oleh HATI dengan tunduk dan kepasrahan oleh LISAN dengan mengakui ni’mat tersebut dan oleh ANGGOTA BADAN dgn ketaatan dan penerimaan.” 

:: BERSYUKUR DENGAN HATI ::

Suasana jiwa orang yang bersyukur adalah suasana jiwa yang senang dan gembira. Gembira menerima nikmat Allah yang denganya ia mampu menjalani hidup dan menempuhi hidayah. Dia meyakini bahwa nikmat ini adalah mutlak pemberian dari Allah SWT, walaupun dihantarkan melalui makhluqNya.

I’tiraf (pengakuan) kepada Allah sebagai Pemberi nikmat dan Busyrah (bergembira) ini adalah dua cara BERSYUKUR  (berterimakasih) KEPADA  ALLAH dengan Hati.

[=] I’tiraf (pengakuan)  [=]  Lihatlah Baginda Nabi Sulaeman disaat mencapai kenikmatan besar berupa kekayaan melimpah dan Kerajaan yang kuat. Nabiyullah Sulaeman tidak mengklaim bahwa ini adalah semata hasil karya dirinya . tetapi Nabi Sulaiman a.s. berkata,“Ini adalah bagian dari karunia Allah, untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur.” (An-Naml: 40). Inilah contoh hamba Allah yang pandai bersyukur.

Sebaliknya, Qarun  adalah contoh orang yang kufur nukmat, Ketika Qarun mendapatkan harta yang sangat banyak, dia mengatakan, “Sesungguhnya harta kekayaan ini, tidak lain kecuali dari hasil kehebatan ilmuku.” (Al-Qashash: 78).

[=] Busyrah (bergembira) [=] Allah SWT berfirman: Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan’" [ Yunus : 58]

Sungguh Syukur itu menghadirkan jiwa yang gembira, senang dan optimis. Sebaliknya orang yang kufur nikmat itu menghadirkan jiwa yang kurang bergembira, sedih dongkol dan lain lain. Sehingga orang yang pandai bersyukur itu, jika diberi musibah bukannya larut dalam kesedihan yang panjang, tetapi ia bersabar yang melahirkan keteguhan dan memohon tolong kepada Allah.

Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-NYAlah kamu meminta pertolongan."( QS. An-Nahl (16) : 53 )

Termasuk kurang pandai bersyukur, jika ketika mendapat nikmat ia merasa dimulyakan (bergembira) dan jika mendapat musibah ia merasa dihinakan (sedih). “Adapun manusia, apabila Rabbnya menimpakan ujian kepadanya dengan memuliakan dan mencurahkan nikmat kepadanya maka dia mengatakan, ‘Rabbku telah memuliakanku’. Dan apabila Dia mengujinya dengan membatasi rezkinya niscaya dia akan mengatakan, ‘Rabbku telah menghinakanku’. Sekali-kali bukan demikian…” (QS. al-Fajr :15-17)

Bersyukur dengan hati ini adalah hakikat daripada syukur itu sendiri.


:: BERSYUKUR DENGAN LISAN. ::

Setelah dalam jiwa selalu ada pengakuan akan kebesaran dan kemurahan Allah SWT yang telah memberi nikmat disertai rasa gembira dan senang hati, giliran ekspresi lisan. Ekspresi tulus dari seorang hamba karena luapan kegembiraan yang didasari pengakuan dari makrifatnya.

Ekspresi lisan adalah memuji dan mengucapkan Al-Hamdulillah. Dari Abu Umamah Al-Bahili Radhiallohu ‘anhu, berkata Rasululloh Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Allah Subhanahu Wata’ala tidak memberikan suatu kenikmatan kepada seorang hamba, maka dia memuji Allah atas kenikmatan yang diberikan kepadanya kecuali pujian itu lebih afdhal daripada kenikmatan itu.” (Dihasankan Syaikh Albani di Ash-Shohih Al-Jami’ no.  5562)

Allah berfirman : Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu ceritakan”  (Ad-Duhaa: 11)

Bersyukur dengan lisan berarti juga berdzikir (mengingat Allah), dan kita memohon agar diberi kekuatan untuk berdzikir. Firman Allah SWT:  “Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.” (Qs. Al Baqarah [2]: 152)


:: BERSYUKUR DENGAN TINDAKAN ::

Belum dianggap bersyukur (berterimakasih) kepada Allah SWT jika belum diungkapkan dengan tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan kehendak si Pemberi nikmat. Tindakan tersebut adalah Ibadah. Allah tidak menciptakan kita melainkan agar kita mengabdi / ibadah kepada Allah (QS 51/56), oleh karena itu, Allah juga memberi karunia nikmat agar dengan nikmat itu manusia mampu dan sanggup menunaikan pengabdian / Ibadah kepadaNya

Allah menyebutkan bahwa para nabi adalah hamba-hamba Allah yang paling bersyukur dengan melaksanakan puncak ketaatan dan pengorbanan. Dan contoh-contoh tersebut sangat tampak pada lima rasul utama: Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s., dan Nabi Muhammad saw. Allah swt. menyebutkan tentang Nuh a.s. “Sesungguhnya dia (Nuh a.s.) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (Al-Israa: 3)

Dan lihatlah bagaimana Aisyah r.a. menceritakan tentang pengabdian / ibadah Rasulullah saw. Suatu saat Rasulullah saw. melakukan shalat malam sehingga kakinya terpecah-pecah. Berkata Aisyah r.a., ”Engkau melakukan ini, padahal Allah telah mengampuni dosa yang lalu dan yang akan datang.” Berkata Rasulullah saw., “Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?“ (Muslim)

Ooo

Mohonlah kepada Allah agar diberi kekuatan untuk berdzikir, bersyukur dan baiknya beribadah.

semoga bermanfaat
09 Maret 2011, Lembah Biru

Nisa Saihat
READ MORE - :: Memohon kekuatan DZIKIR, Syukur dan IBADAH :: by: Nisa Saihat

Senin, 07 Maret 2011

Memohon Ampunan @by: Nisa Saihat

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.  
(QS. Al-A'raf: 23)

Ini adalah do'a yang sangat populer, yang awalnya dipanjatkan oleh Nabiyullah Adam AS. Do'a, memohon agar Allah SWT mau mengampuni dan menyayangi diri karena kealfaan atau kedzaliman yang telah dilakukannya.

Nabi Adam AS dan istrinya Siti Hawa diperintahkan Allah tinggal di Jannah, dipersilahkannya keduanya untuk mengkonsumsi apapun yang tumbuh di Jannah, tetapi Allah menecualikan satu pohon agar "jangan didekati" (QS 7/19).

Rupanya setan menemukan celah untuk merayu Adam AS dan Siti hawa, ia seakan akan tampil sebagai advisor (penasehat) yang tulus, ia katakan kepada Adam AS dan Siti Hawa bahwa: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)". (QS 7/20). Tidak ketinggalan, setan membumbui tipuannya dengan bersumpah, Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua", (QS 7/21)

maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" (QS 7/22)

Teguran keras dari Allah SWT kepada Nabi Adam AS dan Siti Hawa  menyadarkan keduanya bahwa ia telah ditelanjangi setan dengan tipu daya dan bujuk rayunya yang berbisa. Maka dengan penuh penyesalan dan harapan besar diampuni dan dirahmati Allah SWT mulailah Adam AS berdo'a dengan redaksi do'a seperti diatas.

Oo
Manusia yang baik bukanlah manusia yang tampil tanpa kesalahan karena itu mustahil. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap anak Adam itu mempunyai banyak kesalahan dan sebaik-baik orang yang mempunyai banyak kesalahan ialah orang-orang yang banyak bertaubat." (Hadits Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah). Jadi orang baik itu bukan orang yang tidak pernah salah tetapi orang yang mau bertaubat jika menyadari telah berbuat salah. 

Allah juga memberi sifat muttaqin bukan bagi orang yang steril dari berbuat salah, tetapi orang yang mau kembali bertaubat jika telah berbuat salah.  "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (QS Ali Imran (3) ayat 135)

Allah Maha Rahman dan Rahim... Kesalahan atau dosa manusia bisa berbuah pahala dan keberuntungan , jika ia mau bertaubat. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (QS. An-Nur  31). Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian.” (QS. An Nisaa’: 27).

“Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang.” (QS. Al A’raaf: 153)

 Tetapi, ALLAH SWT juga Maha PEMBERI ADZAB YANG KERAS... kesalahan atau dosa manusia bisa berbuah adzab  dan kehinaan , jika ia tidak mau bertaubat. Maka hendaknya orang-orang yang menyalahi perintah Allah takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa adzab yang pedih. (An-Nur: 36).
 
“Wahai kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya niscaya akan dikirimkan kepada kalian awan dengan membawa air hujan yang lebat dan akan diberikan kekuatan tambahan kepada kalian, dan janganlah kalian berpaling menjadi orang yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)



nisa saaihat 
Lembah Biru,
READ MORE - Memohon Ampunan @by: Nisa Saihat

Minggu, 06 Maret 2011

Memohon Keturunan yang Shalih by: Nisa Saihat

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
" Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh"
(QS. Ash-Shaffat: 100)

Do'a ini adalah redaksi do'a Nabiyullah Ibrahim AS, yang memohon kepada Allah SWT agar dikaruniai seorang anak yang shaleh. Sudah menjadi tabi'at manusia untuk mengidamkan keturunan yang shaleh. Apalagi Ibrahim AS sampai tuanya belum juga dikaruniai seorang anakpun. 

Sarah ra Istri pertama Nabi Ibrahim kemudian menganjurkan agar Ibrahim menikahi siti Hajar yang merupakan pembantu keluarganya sendiri. Maka Ibrahim ra menikahi Hajar. Takberselang lama setelah pernikahannya dengan Siti Hajar, Ibrahim digembirakan dengan firman Allah: "Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar." (QS Ash-Shaffat (37) ayat 101). 

Kabar gembira yang merupakan jawaban ijabah do'anya setelah bertahun-tahun tanpa pernah bosan berdo'a  : " Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh" (QS. Ash-Shaffat: 100)
Oo

Anak dalam Al-Qur'an adalah Fitnah (ujian / percobaan) dari Allah SWT. "Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS Al-Anfal (8) ayat 28). 

Setiap orang tua akan diuji dan dicoba dengan kehadiran seorang anak. Jika orang tua mampu mendidiknya dengan didikan Tauhid dan akhlaqul Karimah maka anak anak akan menjadi QURROTA A'YUN (Permata hati) yang menyejukan dipandang mata (QS 25/74). Tetapi jika orang tua melalaikan pendidikan anak dengan Tauhid dan akhlaqul Karimah, maka bisa jadi sang anak akan tumbuh menjadi ADUWWUN (musuh), seperti setan (QS 64/14).

Allah SWT mengingatkan agar berhati hati dalam mempersiapkan generasi; "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (QS 4/9)
READ MORE - Memohon Keturunan yang Shalih by: Nisa Saihat

Kamis, 03 Maret 2011

>> Mengapa Terasing? >>


Rasulullah bersabda (yang artinya), "Sesungguhnya Islam pertama kali muncul dalam keadaaan asing dan nanti akan kembali asing sebagaimana semula. Maka berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba')."(hadits shahih riwayat Muslim)

Asing itu artinya tidak dikenal, tidak populer, tidak dominan. 


Mengapa tidak dikenal?


Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang menang". (QS Al-Qashash (28) ayat 35)


"Maka tatkala Musa datang kepada mereka dengan (membawa) mukjizat-mukjizat Kami yang nyata, mereka berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat dan kami belum pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada nenek moyang kami dahulu".(QS Al-Qashash (28) ayat 35)


Seperti masyarakat Mesir pada saat Fir'aun menjadi rajanya, maka cahaya Allah yang dipancarkan melalui kedua utusan Allah menjadi tidak dikenal mereka mengatakan KAMI BELUM PERNAH MENDENGAR SERUAN YANG SEPERTI INI.


Tentu saja bukan terasing dengan sendirinya, besar kemungkinan karena PENGUASA DZALIM pada saat itu, yang dengan sengaja dan sistematis merencanakan untuk memadamkan cahaya Allah tersebut. Dan hal ini adalah sunnatullah (ketentuan Allah yang pasti).


Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya. (QS Al-An'am (6) ayat 123) 


Penjahat-penjahat besar itu adalah penguasa yang dzalim yang senantiasa membuat makar (rencana jahat) untuk merintangi dakwah tauhid para Rasul. Hingga Islam menjadi ter alinasi (terasing) di tengah masyarakat. 


Para penguasa yang DZALIM itu memiliki agenda besar "Memadamkan cahaya Allah".
 

Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim. (QS Ash-Shaf (61) ayat 7)






Upaya mengalienasi (mengasingkan) Islam


Agenda besar para penguasa Dzalim itu ditindaklanjuti dengan langkah langkah (Takhtith). Adapun langkah-langkah itu adalah sebagai berikut:

 
1- Tahrif (merobah-robah): merubah ubah isi Al-Kitab (wahyu Allah) dari tempatnya semula 

2- Sami'na wa ashoina (kami dengar tapi kami ingkari); Qur'an dan ajaran Islam didengar, dikaji, dianalisis tapi bukan untuk diamalkan, tetapi untuk diingkari
3- Wasma Ghairo Musmaien (mendengar tapi tidak mendengar) : artinya mengacuhkan, mengabaikan hukum-hukum wahyu dan ajaran ajaran Islam. Islam dan Al-Qur'an tidak dijadikan sebagai sumber hukum tertinggi
4- Raaina (memutar mutar lidah); memelintir ayat ayat Allah, untuk menjustifikasi kekuasaan dzalim atau untuk melegalkan kemaksiatan. Artinya menggunakan ayat Allah untuk pembenaran atas rezim tirani atau kejahiliyyahan.
5- Yaktumuuna ayaat (menyembunyikan ayat-ayat Allah)
6- talbisul haq bil bathil, mencampuradukan kebenaran dengan kebatilan

Seluruh langkah-langkah peng asingan Islam itu bisa kita lihat dalam QS An-Nisa (4) ayat 44-46, Al-Baqarah (2) ayat 159 dan Al-Baqarah (2) ayat 42






Ooooo catatan Nisa
Villa Gunung Hijau Lembang
READ MORE - >> Mengapa Terasing? >>